SIHIR

       D i antara hal yang dapat merusak akidah islam adalah sihir. Meski sangat berbahaya karena dapat menggugurkan akidah kita. Namun fenomena sihir tetap merebak dan berkembang di tengah masyarakat islam. Salah satu sebab yang mendorong penyebaran ini adalah ketidaktahuan  sebagian kaum muslimin akan hakikat sihir. MAKNA  SIHIR Sihir diambil dari bahasa arab yang maknanya sesuatu yang lembut dan tersembunyi. Makna lain dari sihir adalah sesuatu yang menipu dan menyakiti, mampu menarik dan memalingkan hati. HAKIKAT SIHIR . Yaitu, segala perbuatan dan ucapan yang dapat memberikan pengaruh buruk dan negatif kepada orang yang terkena sihir secara tersembunyi   dan menipu dengan perantara dan bantuan setan atau jin. Ada dua catatan penting pada hakikat sihir di atas yang perlu diperhatikan: 1. Pengaruh sihir semuanya negatif dan buruk hakekat ini membantah.Anggapan sebagian orang bahwa sihir dapat memberikan dampak positif keburukan dan bahaya sihir ditegaskan oleh Allah  Ta’ala  dengan

MENANGIS KARENA TAKUT KEPADA ALLOH



 Langkah berjalan dengan cepat, waktu seseorang terus saling berlomba. Kelalaian manusia semakin bertambah dengan bertambahnya tuntutan kebutuhan kehidupan. Akhirnya diapun tidak sadar kecuali setelah ditutup fase usianya yang penting. Maka pada saat itu ia menyesal dengan penyesalan besar, dan berangan-angan seandainya ia dibangunkan oleh orang yang membangunkan atau diteriaki diwajahnya oleh seorang yang menasihati.
Pada kenyataannya perkara ini terjadi pada setiap  orang. Tidak ada seorang pun yang selamat dari kelalaian , tidak ada yang lari dari pengaruh roda kehidupan. Akan tetapi disana terdapat waktu kejujuran orang yang bertaubat, dan giliran kekhusyu’an bagi orang yang kembali kepada Robbnya. Dia menghisab (menghitung) dirinya sendiri pada waktu itu, dan memperbaharui perjanjiannya dengan Alloh. Pada saat itulah perasaannya yang jujur, berkobar dengan taubat, kedua matanya berlinangn air mata iman, jadilah tangisannya kala itu serupa dengan air hujan yang diutus oleh Alloh diatas bumi-bumi yang kering, kemudian menghidupkannya, serta menumbuhkan kehidupan baru.
 
A. TANGISAN DALAM AL-QUR’AN DAN AS-SUNNAH

Alloh Ta'ala berfirman yang artinya:

“..dan mereka menyungkur atas muka mereka  SAMBIL MENANGIS dan mereka bertambah khusyu." (QS. Al-Isra’: 109)


Dari Abu Hurairah radhiallohu 'anhu, Nabi sholallhuálaihi wasallam bersabda:

"Tidak ada sesuatupun yang lebih dicintai Alloh dari dua tetes dan dua jejak; TETESAN AIR MATA KARENA TAKUT KEPADA ALLOH, dan tetasan darah yang dialirkan di jalan Alloh; adapun dua jejak, maka jejak langkah di jalan Alloh, dan jejak (yang ditinggalkan) dalam satu kewajiban dari kewajiban-kewajiban yang diwajibkan oleh Alloh “ (Hasan,HR.At-Tirmidzi).

Dari Abu Hurairah radhiyallohu'anhu dia berkata, Rasulullah sholallhuálaihi wasallam  bersabda:
Tidak akan masuk neraka seorang lelaki yang menangis karena takut kepada Allooh, hingga air susu kembali ke teteknya, dan tidak akan berkumpul debu di jalan Alloh dengan asap neraka Jahannam.” (Sahih,HR. At-Tirmidzi)

Dari Abu Hurairah rodhiyallohu'anhu, ia berkata, Rasulallah sholallhuálaihi wasallam bersabda:
“Ada 7 golongan orang yang akan menaungi mereka  dalam naungan-Nya pada hari tidak ada naungan selain naungan-Nya;.....dan seorang yang mengingat Alloh dalam keadaan bersendirian kemudian kedua matanya mengalirkan air mata.(Muttafaqun’alaih)


B. DICIRI-CIRI ORANG SHALIH

Dari ‘Irbadh bin Sariyah rahimahulloh dia berkata,
Rasulallah memberikan mau’izhah kepada kami suatu hari setelah shalat shubuh dengan sebuah mau’izhah yang menyentuh yang karenanya mata mengalirkan air mata, dan hati pun bergetar ketakutan...” (Sahih ,HR.Ahmad dan At-Tirmidzi)

Adalah Ad-Dahhak bin Muzahim, jika dia berada diwaktu sore, dia menangis, lalu dikatakan kepadanya, ‘Apa yang membuatmu menangis?’ Maka dia menjawab, ’Aku tidak tahu amal apa yang  naik pada hari ini dari amalan-amalanku?’

Tsabit al-Bannani rahimahulloh, ’Dulu kami mengikuti jenazah, maka kami tidak melihat seorang pun kecuali orang yang menundukan kepala sambil menangis, atau menundukan kepala sambil berfikir.’

Ka’ab al-Ahbar rahimahulloh berkata, ‘ Jika aku menangis karena takut kepada Alloh, hingga mengalirkan air mata diatas pipiku itu lebih aku sukai daripada aku bershodaqoh emas seberat tubuhku.”

Qotadah berkata, ‘Adalah al’Ala’ bin Ziyad, jika ia ingin membaca al-Qur’an untuk memberikan nasihat kepada manusia , dia menangis, dan jika memberikan wasiat diapun bersiap menangis.”

Adz-Dzahabiy rahimahulloh berkata, Ibnul Munkadir, jika dia menangis, dia mengusap wajah dan jenggotnya dari air mata seraya berkata, ‘Telah sampai kepadaku bahwa api neraka tidak akan memakan tempat yang disentuh oleh air mata.’

Dari Yahya bin Bukair, dia berkata, ‘Aku pernah meminta kepada al-Hasan bin Shalih, untuk mensifati cara memandikan mayit kepada kami, maka dia tidak mampu melakukannya karena menangis.’


Dari Muhammad bin Mubarak, dia berkata, ‘Adalah Sa’id bin ‘Abdil ‘Aziz jika dia ketinggalan shalat jama’ah dia menangis.’

Mu’awwiyah bin Urrah berkata, ‘Siapakah yang menunjukan kepadaku seorang lelaki yang ahli menangis dimalam hari dan dan banyak senyum disiang hari?’

Bakr bin ‘Abdillah al-Muzaniy rahimahulloh berkata, ‘Siapakah yang sepertimu wahai anak Adam, engkau bersepian antara dirimu dengan mihrab, engkau memasukinya jika kamu mau, kemudian kamu bermunajat kepada Robbmu, tidak ada tabir antara kamu dengan-Nya, tidak juga penerjemah. Hanya saja minyak wangi seorang mukmin itu adalah air asin dari air mata ini, maka dimanakah orang asing yang berminyak wangi dengannya?’


C. YANG MEMBUAT TANGISAN

1.    Khalwah shihah diwaktu dikabulkannya do’a
Maka khalwah shalihah teman karib orang-orang shalih, dan ahli ibadah. Dan setiap hati membutuhkan khalwah (bersendirian). Saya mensifatinya dengan shalihah yaitu bersendirian yang diniatkan oleh seorang hamba untuk beribadah kepada Alloh dan mengikhlaskannya untuk Alloh Ta'ala. Alloh Ta'ala berfirman:
Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadahlah kepadanya dengan penuh ketekunan.
(QS.Al-Muzammil : 8)

Di dalam khalwah shalihah ini terdapat tadabbur (perenungan) terhadap perkara manusia dan keadaanya terhadap Rabbnya, muhasabah (intropeksi) seseorang terhadap diri sendiri, mengingat sejarah kehidupan setiap orang bersama dirinya sendiri, penyingkapan segala rahasia seorang dengan hatinya, maka dia pun mengetahui kedudukan, dosa dan kesalahannya; berapa banyak dosa dan kesalahan yang dia lakukan, pada saat itulah ia bersegera untuk beristighfar, mengangis karena takut kepada Alloh.

2.    Diam, mentadabburi pengingat dan nasihat;

         Betapa  banyak kalimat yang baik menjadi sebab berubahnya kehidupan manusia dari kelalaian menuju keistiqomahan. Para uama telah memberikan peringatan dari sikap melalaikan nasihat, dan tidak peduli dengannya. Ibrahim bin Adham rahimahulloh berkata, ‘Tanda-tanda hitamnya hati......,dia menyebut diantaranya ialah ‘seorang tidak mendapati rasa sakit pada saat diperingatkan.’

Adalah al-Hasan jika ia mendengar Al-Qur’an, dia berkata, ‘Demi Alloh, tidaklah seorang hamba itu beriman dengan al-Qur’an ini kecuali dia akan bersedih dan layu, jika tidak, maka ia akan letih, jika tidak, dia akan  luluh, jika tidak, ia akan payah.


        Berkata Dzar kepada bapaknya Umar bin Dza al-Hamdaniy, ‘Apa gerangan yang ada pada orang-orang yang banyak bicara, mereka berbicara dan tidak ada seorang pun yang menangis, dan jika anda yang berbicara wahai ayahku, aku mendengar tangisan dari sana sini. Maka dia menjawab, ‘ Wahai putraku, tidaklah wanita yang menangis karena kematian anaknya sama dengan wanita yang menangis karena dibayar.’

3.    Menghisab anggota tubuh dan mengajaknya berbicara

Dari Ahmad bin Ibrahim dia berkata, Yunus bin ‘Ubaid melihat kepada kedua kakinya saat kematiannya, lalu dia menangis, seraya berkata, ‘Kedua kakiku belum berdebu-debu dijalan Alloh.’

Maka inilah perasaan meruginya orang-orang shalih, satu perasaan meruginya satu hari yang dia ingat sebuah ketaatan yang belum disempurnakannya. Perasaan merugi suatu hari dia mengingat satu kebaikan yang dia tidak ikut serta di dalamnya. Kerugian satu hari yang waktu itu berlalu tanpa ia berdzikir mengingat Alloh di dalamnya.

Yang benar adalah bahwa pada pembicaraan dengan anggota tubuh benar-benar bisa mengembalikan fakta seseorang yang sebenarnya, yang telah hilang dari dirinya.


Maka dia pun melihat kepada setiap anggota dari anggota tubuhnya lalu berbicara dengannya, ‘Berapa banyak dosa yang kamu ikut serta didalamnya? Berapa banyak ketaatan yang kamu lalai darinya? Berapa banyak taubat yang kamu halangi? Berapa banyak istighfar yang engkau lalai darinya?

Lalu mengingat firman Alloh subhanahuwata'ala:

حَتَّىٰٓ إِذَا مَا جَآءُوهَا شَهِدَ عَلَيْهِمْ سَمْعُهُمْ وَأَبْصَٰرُهُمْ وَجُلُودُهُم بِمَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ

“Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan.



Dan mereka berkata kepada kulit mereka: "Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?" kulit mereka menjawab: "Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan Kami pandai (pula) berkata, dan Dia-lah yang menciptakan kamu pada kali pertama dan hanya kepada-Nya lah kamu dikembalikan".

Comments

Popular posts from this blog

NABI MEMILIH WAKTU TEPAT DALAM MENGAJAR

SIHIR