SIHIR

       D i antara hal yang dapat merusak akidah islam adalah sihir. Meski sangat berbahaya karena dapat menggugurkan akidah kita. Namun fenomena sihir tetap merebak dan berkembang di tengah masyarakat islam. Salah satu sebab yang mendorong penyebaran ini adalah ketidaktahuan  sebagian kaum muslimin akan hakikat sihir. MAKNA  SIHIR Sihir diambil dari bahasa arab yang maknanya sesuatu yang lembut dan tersembunyi. Makna lain dari sihir adalah sesuatu yang menipu dan menyakiti, mampu menarik dan memalingkan hati. HAKIKAT SIHIR . Yaitu, segala perbuatan dan ucapan yang dapat memberikan pengaruh buruk dan negatif kepada orang yang terkena sihir secara tersembunyi   dan menipu dengan perantara dan bantuan setan atau jin. Ada dua catatan penting pada hakikat sihir di atas yang perlu diperhatikan: 1. Pengaruh sihir semuanya negatif dan buruk hakekat ini membantah.Anggapan sebagian orang bahwa sihir dapat memberikan dampak positif keburukan dan bahaya sihir ditegaskan oleh Allah  Ta’ala  dengan

HAKIKAT HIDUP DI DUNIA


Hakikat Dunia

العبَادَةُ 1

أَيَحسَبُ الإنسَانُ أَنْ يُترَكَ سُدًى
( APAKAH MANUSIA MENGIRA BAHWA IA AKAN DIBIARKAN BEGITU SAJA TANPA PERTANGGUNG JAWABAN? )

لَا إلهَ إلَّا اللهُ 

Kata ‘إلهَ’ berasal dari kata أله  - يأله  - إلاها dan yang disembahnya disebut معلوه  . maknanya sama halnya dengan عبد يعبد    - عبادة  dan yang disembahnya disebut معبود .
Di dalam syahadat tersebut sebetulnya terkandung kata yang tersembunyi setelah kata   لا إلهَ yaitu “حق  /  بحقdengan sebenarnya. Sehingga jika diterjemahkan kalimat syahadat tersebut adalah,’ tidak ada ilah yang berhak untuk diibadahi dengan benar kecali Allooh (saja).

Ikhwah sekalian…
            Sesungguhnya Allooh menciptakan langit-langit dan bumi dan apa yg ada didalamnya  demikian juga apa yang ada diantara keduanya hanya saja karena terdapat  hikmah  yang sempurna.

Allooh –سبحانه وتعالى – berfirman : 
وما خلقنا السماوات والأرض وما بينهما لاعبين
(
الأنبياء : 16)
“Dan tidaklah Kami ciptakan langit-langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya secara sia-sia ” (QS.Al-Anbiya : 16)

Imam Al-Baghowi, ketika menafsirkan ayat diatas beliau mengatakan :

أي : عبثا و باطلا
(maknanya) Yaitu iseng dan sia-sia. Lawan dari  sia-sia adalah “maqbuulun” (diteriama).


Maksudnya adalah Allooh tidak menciptakan langit-langit,dunia dan apa yang ada di dalamnya baik manusia, hewan tumbuhan dan lain sebagainya secara iseng / sia-sia melainkan ada hikmah yang besar bagi hamba-hamba-Nya.

Alloh –
سبحانه وتعالى juga berfirman :

وما خلقنا السّماوات و الأرض وما بينهما لاعبين * ما خلقناهما إلّا بالحقّ ولكنّ أكثرهم لايعلمون

“Dan tidaklah Kami menciptakan langit-langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya dengan main-main. Dan tidaklah kami menciptakan keduanya kecuali dengan hak (benar) akan tetapi kebanyakan mereka tidak (memiliki) pengetahuan  ”. (Ad-Dikhoon : 38-39)

Subhaanallooh, Alloh menggunakan kata yang begitu membuat orang yang cerdas akan berfikir tentang begitu hebatnya Alloh dalam memilih kata sehingga Alloh tidak mengatakan ولكنّ أكثرهم يجهلون  (Akan tetapi kebanyakan mereka BODOH),  tapi justru Alloh mengatakan ولكنّ أكثرهم لايعلمون ( akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui ) dimana kata tersebut tidak menjadikan merasa sakit hati orang yang mendengarnya namun akan tersentak bagi orang-orang yang cerdas bahwa hal itu merupakan teguran tegas dari Alloh atas dirinya. Orang yang cerdas itu  menyadari betul bahwa Allooh menciptakan manusia itu dengan sebuah urusan yang sangat serius dan tidak di pandang remeh.
 
Imam al Baghowi, ketika menafsirka Qs. Ad-Dukhon ayat 38-39 tersebut di atas  beliau mengatakan :

قيل : يعنى للحقّ وهو الثواب علي الطاعة والعقاب على المعصية

Dikatakan : yaitu untuk kebenaran berupa pahala atas (orang yang berbiat) ketaatan dan siksaan atas pelaku maksiat
.

Alloh –
سبحانه وتعالىberfirman :
 
أَيَحسَبُ الإنسَانُ أَنْ يُتْرَكَ سُدًى

“Apakanh manusia mengira bahwa ia di ciptakan secara sia-sia” (QS.Al-Qiamah)

 Suddiy menjelaskan tafsir dari kata “ سُُدًى “ , kata beliau : “(kamu) tidak akan dibangkitkan ?”
Semua manusia akan dibangkitkan untuk kemudian dimintai pertanggung jawaban di hadapan Alloh. Sungguh kehidupan di dunia ini sangat singkat dan sedikit sekali jatah yang kita peroleh.    
                                  

Sesungguhnya manusia itu akan melewati beberapa perjalanan/ tahapan hidup antara lain :
1-     Al-Kitaabah (lauhul mahfizh)
2-     Rahim (perut seorang ibu)
3-     Dunia
4-     Alam barzakh / alam kubur
5-     Hari Kiamat
6-      Al-Ba’tsu / hari kebangkitan

        Hari kebangkitan adalah hari dimana amalan seorang hamba akan dimintai pertanggung jawabannya selama hidupnya di dunia. Karena itulah ikhwah sekalian jika kita renungkan jatah waktu hidup kita didunia ini sebetulnya sangat sedikit. Sebagaimana Nabi telah menyebutkan bahwa usia umat beliau antara 60 sampi dengan 63 tahun. Padahal kita menghitung amal ibadah kita ini dan dibandingkan dengan maksiat, maka kemaksiatan itu lebih banyak dikerjakan daripada keta’atan kepada Alloh, bukankah demikian?

        Usia 60 atau 63 tahun tersebut belum tentu semua waktu tersebut dikerjakan untuk ibada sepenuhnya. Namun masih terbuang oleh waktu tidur setiap malam sebanyak 8 jam atau lebih. Belum lagi dipotong waktu melamun, atau perkara-perkara yang tidak mengandung manfaat, sehingga jika dihitung sebetulnya hidup kita itu hanyalah berkisar diantara 17 tahun atau lebih. Itupun belum dikurangi dengan ibadahnya yang kurang khusyu dan seterusnya. Maka bersiap-siaplah untuk menghadapi hari kebangkitan tersebut wahai hamba Alloh.

        Imam Mujaahid dan imam Asy-Syafi’I dan orang selain keduanya menafsirkan makna سدًىpada ayat tersebut dengankata , لا يُأمر وَلَا يُنهى   tidak akan diperintah dan tidak dilarang” (Tafsiir Ibnu Katsiir4/148)

Bukankah yang tidak mendapatkan perintah dan larangan itu hanyalah hewan ayuhal ikhwah ? Oleh sebab itulah, Imam Mujahid dan Imam Syafi’i seolah-olah mengatakan, ‘Apakah manusia mengira bahwa ia akan diciptakan begitu saja layaknya hewan ?
Hewan itu hidup yang ada dipikirannya hanya makan, minum, tidur- makan, minum, tidur. Maka kalau kita hidup ini hanya memikirkan masalah-masalah itu saja dan tidak tahu hakikat dan tujuan dia diciptakan, maka ia tidak ubahnya seperti hewan.

Ada sebuah pertanyaan, apa jawaban antum ketika antum ditanya dengan pertanyaan. Apakah antum hidup untuk makan ?, atau makan untuk hidup ?. Maka apa jawaban anda ?
Jawabannya adalah bukan kedua-duanya. Seharusnya pertanyaannya tidak boleh seperti itu. Yang salah adalah pertanyaannya.

Ikhwah sekalian ketahuilah kita makan adalah untuk ibadah, yakni agar ia dapat membantu ibadah kita kepada Alloh- سبحانه وتعالى -.

Pada surat Al-Mu’minun ayat 115 Alloh-
سبحانه وتعالى –berfirman:

أَفَحَسِبْتُم أنّما خلقنَاكم عَبثا وإنّكمْ إلينا لا تُرجَعُونَ

Maka Apakah kamu mengira, bahwa Sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada kami?

Ayat sersebut disebut juga “
إستفهام إنكريyaitu pertanyaan yang tidak perlu jawaban, karena   maksud ayat tersebut adalah sudah jelas. Adapun mengenai lafazh “وإنّكمْ إلينا لا تُرجَعُونَ” mengapa lafazh إلينا tidak di kedepankan sehingga menjadi “وإنّكمْ إلينا لا تُرجَعُونَ”padahal boleh-boleh saja dibaca demikian?.  Karena ungkapan إلينا “ di kedepankan agar lebih tegas maknanya.

Ibnu Katsir رحمه الله تعالى berkata di dalam tafsir ayat ini:



Apakah kalian mengira bahwa kalian diciptakan dengan sia-sia dengan tanpa meksud dan tujuan       diantara kalian berupa hikmah untuk kami?
     Apakah kalian mengira bahwa kalian diciptakan untuk bermain-main atau untuk kesia-siaan, ataukah kamu hendak bermain-main layaknya hewan yang tidak diberi pahala untuknya dan tidak pula hukuman?.

Pemateri           : Ustadz Achmad Rofi'i Lc. M.Mpd.
حفظه الله تعالى
      Waktu Kajian   : Setiap malam Senin ba'da Isya s/d  21.30 WIB.
Lokasi              : Masjid Al-I'tishoom Karawang

Comments

Popular posts from this blog

MENANGIS KARENA TAKUT KEPADA ALLOH

NABI MEMILIH WAKTU TEPAT DALAM MENGAJAR

SIHIR